SyarifHidayatullah atau Sunan Gunung Jati putera dari Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan bin Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan bin Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro) bin Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin Sayyid Abdullah Azmatkhan bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alawi Ammil Faqih ( Hadramaut) bin Nasabsunan gunung jati › Silsilah Sunan Drajat. Inilah Silsilah dan Garis Keturunan Sunan Drajat (Raden Qosim) Ditulis oleh Muhammad Imron. Jumat, 25 Mei 2018 Tambah Komentar Sunan Drajat bernama kecil Raden Syari­fuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, ia me­ngambil tempat di Desa GarisKeturunan Garis keturunan atau Silsilah Sunan Gunung Jati ke bawah, masih bersumber dari naskah yang sama yakni Pangeran Adipati Pasarean atau Pangeran Muhammad Arifin. Pangeran Dipati Cirebon atau Pangeran Sedang Kamuning. Yang diteruskan ke Panembahan Ratu Pakungwati atau Pangeran Emas Zainul Arifin tahun 1568. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Syarif Hidayatullah adalah putera dari Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim yang bergelar Sultan Mahmud Sultan Hud dan merupakan penguasa Mesir yang menikah dengan Nyi Mas Rara Santang puteri dari Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar Syarifah Mudaim. Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa Mesir, putera dari Ali Nurul Alim bin Jamaluddin Akbar al-Husaini, seorang keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhandan Alwi Amir Fakih Mesir. Pada masa lalu terdapat puluhan naskah yang menjelaskan tentang silsilah Syarif Hidayatullah yang diklaim oleh beberapa pihak dan menimbulkan kesimpangsiuran sehingga pada masa pertemuan agung para cendekiawan, sejarahwan, bangsawan dan alim ulama senusantara dan mancanegara pertama yang dimulai pada tahun 1677 di Cirebonmaka Pangeran Raja Nasiruddin bergelar Wangsakerta mengadakan penelitian dan penelusuran serta pengkajian naskah-naskah tersebut bersama para ahli-ahli dibidangnya. Hasilnya pada tahun 1680 disusunlah kitab Negara Kertabumi yang didalamnya memuat bab tentang silsilah Syarif Hidayatullah Tritiya Sarga yang sudah diluruskan dari kesimpangsiuran klaim oleh banyak pihak. Pelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja PR Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung Gotra Sawala pertama di Cirebon, penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama Negara Kertabhumi yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut ; Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda Nyi Mas Rara Santang Ali Nurrul Alim + Puteri Mesir, Jamaluddin Al-Husein, Al-Amir Akhmad Syekh Abdullah Jalaludin, Amir Abdullah Khanuddin Abdul Malik India, Alwi Amir Fakih Mesir, Muhammad Alwi Al-Gazam Ubaidillah Ahmad Al-Muhajir Isa Al-Bakir Idris Al-Muhammad An-Nakib Kasim Al-Kamil / Ali Al-Uraid Jaffarus Sadik dari Parsi Persia Muhammad Al-Bakir Zainal Abiddin Husein As-Sabti Sayyidah Fatimah Al-Zahra RA Nabi Muhammad Rasulullah SAW Abdul Muthalib Hasyim Abdul Manaf Kusyaiyi Kyai Kilab Mauroh Kangab Luayyi Galib Fihir Malik Nadir Kinanah Khujaimah Mudrikah Ilyas Mudar Nijar Mangad Adnan Addi Adad Hamyas Salaman Bista Sahail Jama Nabi Ismail Nabi Ibrahim Tarikka Nakur, Sarug, Abir, Syalik, Pinan, Arfakasyadz, Sam, Nabi Nuh, Lamik, Matuslak, Mahnauk, Yaridz, Mahkail, Kinan Anwas Syits Nabi Adam dan Siti Hawa. Versi kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait Sebagaimana yang tercatat dalam silsilah Syarif Hidayatullah di sebuah organisasi peneliti nasab Naqobatul Asyrof al-Kubrodan Rabithah Alawiyah, yang juga tercantum dalam kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait karya ulama Yaman, Sayyid Abdurrohman bin Muhammad al-Masyhur, silsilah lengkap Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati putera dari, Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan binSayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan bin, Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini Syekh Jumadil Kubro bin, Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin, Sayyid Abdullah Azmatkhan bin, Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin, Sayyid Alawi Ammil Faqih Hadramaut bin, Sayyid Muhammad Shahib MirbathHadramaut bin, Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin, Sayyid Alawi ats-Tsani bin, Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin, Sayyid Alawi Awwal bin, Sayyid al-Imam Ubaidillah bin, Sayyid Ahmad al-Muhajir bin, Sayyid Isa Naqib ar-Rumi bin, Sayyid Muhammad an-Naqib bin, Sayyid al-Imam Ali Uradhi bin, Sayyidina Ja'far ash-Shadiq bin, Sayyidina Muhammad al-Baqir bin, Sayyid Ali Zainal Abidin bin, Sayyid Husain bin, Sayyidina Ali bin Abi Thalib Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Muhammad KETURUNAN SUNAN GUNUNG JATI DARI BEBERAPA ISTRINYA Menurut sumber-sumber primer sejarah Cirebon, Sunan Gunungjati selama hidupnya pernah menikah sebanyak 6 kali, adapun wanita-wanita yang pernah diperistri beliau adalah sebagai berikut Nyimas Babadan, Nyimas Pakungwati, Nyimas Rara Jati, Nyimas Kawunganten Nyimas Rara Tepasan, Ongtien Dari keenam isti-istriya tersebut itulah kemudian sunan Gung Jati mendapatkan keturunan. Anak-anak Sunan Gunungjati itu dikemudian hari yang laki-laki ada yang menjadi Raja di Pulau Jawa, atau Penguasa wilayah, smentara anak-anak perempuan sunan Gunungjati kelak dikemudian hari ada yang dinikahi Sultan di Kesultanan Demak maupun diperistri oleh para pembesar diwilayah kerajaan Cirebon. 1. Keturunan Dari Nyimas Babadan Nyimas Babadan adalah anak dari Ki Gede Babadan, Babadan ini adalah suatu wilayah yang sekarang menjadi Desa Babadan, masuk pada wilayah Kabupaten Indramayu, meskipun ada juga yang berpendapat bahwa Babadan ini terletak di wilayah Propinsi Banten. Perkawinan Sunan Gunungjati dengan Nyimas Babadan terjadi ketika Sunan Gunungjati keluar dari Istana dan menyebarkan Islam kepelosok-pelosok kampung. Dari Nyimas Babadan Sunan Gunung Jati diceritakan tidak mendapatkan keturunan. 2. Keturunan Dari Nyimas Pakungwati Nyimas Pakungwati adalah anak perempuan dari Uwak Sunan Gunungjati yang bernama pangeran Walangsungsang, yang mana beliau ini ternyata mempunyai banyak julukan diantara julukan-julukan beliau adalah Ki Cakrabwana, Mbah Kuwu dan lain sebagaiya. Dari Nyimas Pakungwati, Sunan Gunungjati tidak mendapatkan keturunan, dikhabarkan Nyimas Pakungwati meninggal sebelum mempunyai keturunan. Nama Pakungwati kemudian diabadikan sebagai nama Istana Kesultanan Cirebon. 3. Keturunan Dari Nyimas Rara Jati Nyimas Rara Jati merupakan anak Ki Gede Jati, beliau merupakan Syah Bandar pelabuhan Muara Jati Cirebon, dari perkawinan ini beliau memiliki dua anak laki-laki yang bernama Pangeran Jaya Kelana, Pangeran ini selama hidupnya membuat gempar Cirebon karena kenakalannya Pangeran Bratakelana dikenal juga dengan sebutan Pangeran Sedang Luat, karena beliau meninggal dilautan akibat di rampok. 4. Keturunan Dari Nyimas Kawunganten Nyimas Kawunganten, adalah merupakan Puteri Permadi yang merupakan Raja Cangkuang beliau juga merupakan adik Pucukumun atau Bupati Wunganten Sekarang Banten, beliau menikahi Nyimas Kawunganten ketika beliau menyebarkan agama Islam di Banten. Dari perkawinan ini beliau memperoleh dua anak yaitu Ratu Winahon Pangeran Sebakingkin yang mempunyai nama lain Pangeran Hasanudin. Kelak Pangeran Sebakingkin ini kemudian menjadi Sultan Banten Pertama. 5. Keturunan Dari Nyi Rara Tepasan Nyi Rara Tepasan adalah anak dari Ki Gede Tepasan Dari Majapahit, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Rara Tepasan dikarunia dua anak yaitu Ratu Ayu Wanguran Pangeran Pasarean. 6. Keturunan Dari Ongtien Ongtien dalam sumber-sumber primer sejarah Cirebon diceritakan sebagai anak dari penguasa Cina, beliau datang ke Cirebon beserta pengawalnya untuk meminta dinikahi oleh Sunan Gunungjati, dalam perkawinan dengan Ongtien ini, terdapat perbedaan pendapat, ada yang menyatakan punya anak akan tetapi meninggal semenjak bayi, ada juga yang berpendapat mempunyai anak, dan anak tersebut kemudian dinamakan Arya Kemunig atau Arya Kuningan, Arya Kuningan ini diceritakan pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Cirebon, dan kemudian diangkat menjadi Adipati di Kuningan. Wallohua'lam Bisshowab - Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali Songo yang disebut membawa peradaban Islam di Cirebon mencapai masa kejayaannya. Hal ini karena selain menjadi seorang ulama, Sunan Gunung Jati juga merupakan Sultan Cirebon yang bertahta di tahun 1479 – juga Mengenal Wali Songo, Nama Lengkap, dan Wilayah Penyebaran Agama Islam di Jawa Sebelumnya Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana 1447-1479 yang merintis pemerintahan berdasarkan asas Islam. Baca juga Sunan Gunung Jati, Penyebar Islam di Tanah Pasundan Kemudian pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati tak hanya Islam, namun bidang politik, keagamaan, dan perdagangan di Cirebon juga maju sangat pesat. Baca juga Berkomunikasi ala Sunan Gunung Jati, Berterima Kasih kepada Orang Arab Berikut adalah beberapa informasi tentang Sunan Gunung Jati, seperti dirangkum dari laman Gramedia dan Tribun Pontianak. Silsilah Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati memiliki nama asli yaitu Syarif Hidayatullah yang lahir pada tahun 1448. Orang tua Sunan Gunung Jati adalah Raja Abdullah Syarif Abdullah dengan ibunya bernama Rara Santang yang merupakan putri Prabu Siliwangi asal Pajajaran dengan gelar Syarifah Mudaim. Di Cirebon, Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati yang merupakan putri Pangeran Cakrabuana, penguasa Cirebon. Setelah Pangeran Cakrabuana wafat kemudian kekuasaan atas negeri Cirebon diserahkan kepada menantunya yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati diketahui memiliki beberapa istri yaitu Nyi Mas Babadan yaitu Putri Ki Gede Babadan, Nyi Mas Pakungwati yaitu Putri Pangeran Cakrabuana, Nyi Mas Kawunganten yaitu Putri Sang Surosowan, Ratu Pakungwati yaitu anak Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Rara Jati Syarifah Bagdad yaitu Putri Ki Gede Jati, dan Ong Tien yaitu Putri Cina yang berganti nama menjadi Rara Sumanding. Pernikahan-pernikahan tersebut memberikan keturuanan yaitu putri dan putra Sunan Gunung Jati dari beberapa istrinya. Dari pernikahan dengan Nyi Mas Pakungwati mereka dikaruniai dua anak yaitu Ratu Ayu istri Fatahillah dan Pangeran Pesarean Dipati Muhammad Arifin, Sementara dari pernikahan dengan Nyi Mas Kawunganten mereka dikaruniai dua anak yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Maulana Hasanuddin Sultan Banten I.Kemudian dari pernikahannya dengan Nyi Mas Rara Jati mereka dikaruniai dua anak yaitu Pangeran Jaya Kelana dan Pangeran Brata Kelana. Wilayah Dakwah Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati menuntut ilmu agama hingga ke Makkah dan berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian. Beliau juga melanjutkan ke Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Setelah kembali ke tanah air, beliau juga sempat berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Perjalanannya berlanjut hingga ke Karawang, Kudus, sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya dimana beliau sempat berguru pada Sunan Ampel. Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan menjadi guru agama dan menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Di sana ia mendirikan sebuah pondok pesantren, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar sehingga para santri di sana memanggilnya dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam, Sunan Gunung Jati lantas lanjut berdakwah ke daerah Banten. Cara Dakwah Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan sosial budaya untuk dakwahnya, yang membuat ajaran Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan memperkuat kedudukan politik sekaligus memperluas hubungannya dengan tokoh yang berpengaruh di daerah Cirebon, Demak dan Banten maka cara dakwahnya makin kuat. Beberapa hal yang dimanfaatkan Sunan Gunung Jati dengan kekuasaannya adalah untuk membangun sarana dan prasarana ibadah di seluruh wilayah kekuasaannya. Kemudian Sunan Gunung Jati juga membagun jalur transportasi sebagai penunjang pelabuhan dan sungai untuk memudahkan penyebaran agama Islam. Secara tidak langsung dampaknya juga terasa di bagi masyarakat luas hingga Cirebon pun berkembang dengan pesat. Penyebaran ajaran Islam juga dilakukan Sunan Gunung Jati dengan menikahi gadis setempat. Sunan Gunung Jati meninggal diperkirakan pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di puncak Bukit Sembung yang khusus didirikan di pinggiran kota Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati hingga saat ini masih kerap dikunjungi masyarakat yang ingin berziarah dan menjadi salah satu tujuan wisata religi di Pulau Jawa. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

silsilah sunan gunung jati sampai sekarang